Kamis 03 Feb 2022 14:55 WIB

Cerita Literasi dari Kaki Gunung Lawu

Literasi tak hanya membaca buku tetapi juga mengajarkan membaca lingkungan

Red: A.Syalaby Ichsan
Ruang baca di Taman Baca CIHA
Foto: Dok Taman Baca Ciha
Ruang baca di Taman Baca CIHA

Oleh : Atik Wartini

RESUMATRA.COM,  Sejak 2016, kemendikbud telah menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Salah satu tujuannya  untuk meningkatkan daya baca siswa. Seperti buku-buku yang berbasis kearifan lokal telah diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Kami memahami bahwa gerakan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga orangtua dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya literasi untuk anak, khususnya di pelosok dusun yang faktanya, sungguh sangat jauh tertinggal, karena ketidaktahuan masyakarat akan informasi dan tidak ada yang memfasilitasinya.

Satu-satunya yang setiap hari anak-anak baca adalah iqra / buku untuk mengaji dan buku-buku pelajaran sekolah itupun jika ada pekerjaan rumah saja. Jangankan untuk membeli buku, seragam sekolah anak-anak yang akan memasuki sekolah Dasarpun masih menunggak pada ibu guru Taman kanak-kanak kami, (Cerita ibu Novi, Ibu rumah tangga dengan satu orang anak).

Hal ini dapat dilihat juga dari kondisi pendidikan di Ngawi dimana terdapat banyak anak yang putus sekolah. Berdasarkan pendataan dindik menjelang tahun pelajaran 2021/2022, dari 9.436 anak lulusan SD dan SMP total 7.738 anak. Jumlah anak yang putus sekolah terdiri dari 216 anak tingkat SD dan 261 anak tingkat SMP yang putus sekolah. 

Oleh karena itu, muncul dalam benak seoarang ibu rumah tangga, (mbak Atik sapaan akrabnya) dengan tekad dan sedikit fasilitas yang dimilikinya, ia mendirikan Taman Baca di teras mushola. Taman Baca Ciha Namanya, dengan jargon reading is happiness. Arti dari taman baca ini adalah, sebuah harapan setiap siapa saja yang membaca akan mendapatkan rasa bahagia.

Taman baca tersebut berisi satu rak buku, dan beberapa buku seperti buku belajar membaca untuk anak usia PAUD, buku cerita untuk anak-anak usia SD, novel, beberapa buku bacaan umum dan kamus bahasa inggris. Adanya taman baca ini disambut bahagia khususnya oleh anak-anak. Setiap hari anak-anak datang ke taman baca, rata-rata anak-anak datang jam 13.00 – 15.00 WIB.

Selain itu, anak-anak senang membaca setelah sholat magrib berjamaah di mushola ditemani semilir angin dan redupnya lampu dibawah kaki gunung Lawu. Aktivitas membaca anak-anak sangat menggemaskan misalnya seperti, hanya melihat-lihat buku, menjadikan buku sebagai mainan laptop, membaca dengan sangat keras, membaca buku sambil bermain, membaca buku sambil berdebat, bolak-balik ke taman baca hanya untuk melihat-lihat saja, pura-pura membaca dan membaca tapi minta ditunggu orangtuanya.

Hal-hal ini bikin menggelitik dan tertawa bahagia melihat polah tingkah anak-anak dalam membaca. Diawal ini menjadi sangat luar biasa bagi kami, karena dengan fasilitkas yang sangat minim anak-anak semangat untuk mulai gemar membaca.

Ke depan, Taman Baca Ciha tentu mempunyai program-program kegiatan dalam membangun literasi anak. Misalnya seperti aktivitas stimulus belajar membaca dan menulis untuk anak, parenting untuk para orangtua, belajar science dan mathematic berbasis alam, dan fieldtrip.

Program-program kegiatan ini di pilih karena memang lingkungan yang dekat dengan alam dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di taman baca ini nantinya akan menggunakan pendekatan bermain yang menyenangkan. Karena tujuan dari taman baca ini adalah agar anak-anak senang membaca dengan perasaan yang bahagia. Penggagas taman baca ini tentunya juga akan menggandeng ibu-ibu lainnya untuk ikut bergabung dalam membangun literasi anak. Untuk bersama-sama membangun literasi anak dari dusun. 

Pada tahun 2019, dikatakan oleh Menteri pendidikan saat itu, bapak Muhadjir Effendy di depan peserta diskusi kelompok terumpun GLN di Hotel Atlet Century Jakarta, pada Rabu 21 agustus 2019. Literasi tidak hanya membaca buku saja, melalui membaca seseorang akan memiliki perspektif baru dan mampu membuat karya. Gerakan literasi inipun diharapkan mampu merangsang anak untuk berimajinasi dan dapat mengekspresikan mengenai apa yang dibaca. Oleh karena itu, Taman baca Ciha melalui program-programnya nanti mudah-mudahan dapat menjadikan anak-anak cerdas dan kreatif.

Menurut Horward Gardner, tokoh pendidikan dan psikologi yang mencetuskan teori tentang kecerdasan majemuk, cerdas adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan masalah sedangkan kreatif adalah proses mental yang melibatkan munculnya gagasan baru. Oleh karena itu, melalui literasi dan program-program yang akan diimplementasikan akan membangun anak-anak yang mempunyai imajinasi tinggi dan mampu untuk mengekspresikannya.

Selanjutnya, kita ketahui bersama bahwa terdapat enam gerakan literasi nasional. Literasi dasar yang perlu dijadikan poros pendidikan kita adalah, (1) literasi baca tulis, (2) literasi numerisasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial dan (6) literasi budaya dan kewarganegaraan. 

Bagi kami masyarakat desa, tentunya menyambut dengan baik dengan adanya enam dasar gerakan literasi nasional ini. Sebagai bagian dari tripusat pendidikan (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat), Taman Baca Ciha akan berusaha dengan apa yang kami bisa. Tujuannya  untuk memenuhi literasi-literasi dasar tersebut. Saat ini yang terpenting bagi kami adalah anak-anak mau mengenal buku, cinta membaca dan semua dilakukan dengan perasaan yang bahagia.

Pemenuhan buku-buku yang banyak bukan menjadi target utama, tetapi lebih pada buku-buku seperti apa yang disukai anak-anak dan suatu metode agar selalu tumbuh rasa semangat dalam diri anak untuk membaca. Lebih jauh, nantinya kami akan mengajak anak-anak agar mampu membaca lingkungan dan budaya.

Dengan belajar membaca lingkungan, anak-anak akan mampu mengasah bakat dan menemukan minatnya masing-masing. Contohnya seperti, mengajak anak-anak ke sawah untuk langsung belajar tentang padi, bagaimana cara merawat tanaman, bagaiman cara menekan populasi tikus yang merusak sawah dan lain sebagainya. Karena memang hampir semua masyarakatnya berprofesi sebagai petani. 

Selanjutnya, anak-anak bisa secara langsung belajar membaca tanda-tanda alam, seperti tanda-tanda akan turunnya hujan, banjir dan puting beliung. Anak-anak juga akan diajak untuk membaca budaya sosial masyarakat, misalnya sopan santun, gotong royong dan saling menghormati melalui tradisi-tradisi yang telah dijalankan selama ini oleh masyarakat setempat.

Bagi kami literasi ini tidak hanya sekedar membaca buku, tetapi bagaimana anak-anak juga diajarkan untuk membaca lingkungan. Mulai dari lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam. Pembelajaran literasi dengan cara membaca lingkungan, dimana anak-anak akan belajar secara langsung, kongkrit relevan dengan kehidupan sehari-hari tentunya akan sangat menyenangkan. Betapa tidak, membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan, apalagi dapat dilakukan dengan perasaan bahagia, sederhana dan biasa saja. 

Literasi tidak hanya untuk mengenalkan anak pada baca-tulis lebih dalam lagi dalam prosesnya anak-anak akan mampu untuk berfikir kritis, kreatif, berkarya, mandiri, cinta budaya dan alam lingkungannya. Dengan cinta budaya dan lingkungannya nantinya anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang mampu membangun desa dan tidak meninggalkannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement